Yudi Latif
Yudi Latif (Foto: Benhil.net)

Saudaraku, ibarat cinta yang tak berbalas, kau pantas kecewa dengan balasan yang kau terima dari negaramu. Dari pemilu ke pemilu, kau turut merayakan pesta demokrasi hingga bertengkar ihwal jagomu, untuk diabaikan-dikhianati pasca-pemilihan.

Gaji-tunjangan wakil rakyat kian melambung, tapi mutu deliberasi, legislasi dan pengawasan makin anjlok. Tak ada persambungan antara aspirasi dan representasi, antara suara rakyat dan prioritas perundangan-kebijakan. Dalam banyak kasus, rakyat memilih wakilnya hanya untuk jadi pemburu rente.

Birokrasi makin tambun posturnya, makin luas cakupannya, tapi pelayanan publik tetap lambat-berbelit, saling lempar tanggung jawab. Jabatan makin tambah bukan demi efektivitas tata kelola, namun demi berbagi jatah. Pegawai makin limpah, hanya untuk beratkan biaya rutin dan habiskan anggaran.

Namun, percayalah tiada cinta yang sia-sia. Jika res publica (republik) tertawan res privata (partikelir), kebajikan negara tergelincir jadi kebusukan negara, tak perlu membuatmu mati asa. Masih ada orang baik di parlemen dan birokrasi yangg memerlukan dukungan hati publik. Kalaupun sulit dipertautkan, setidaknya sinar kasihmu masih bisa dipancarkan pada sesama.

Perkuatlah simpul solidaritas dan perjuangan arus bawah. Kebaikan negara jarang muncul scr sukarela. Lebih sering memerlukan tekanan arus bawah. Untuk itu, kekuatan masyarakat harus melakukan konter-naratif dan norma terhadap hegemoni elite negara. Perlu jurnalis dan influencers anti-monopoli, anti-korupsi, anti-nepotisme, dan anti-perusakan lingkungan, semacam muckrakers di AS.

Perlu jejaring kekuatan lawan tanding dengan membentuk gerakan komunitas progresif, seperti serikat buruh, serikat hijau, serikat cendekiawan dan rohaniawan progresif.

Perlu mengupayakan solusi kebijakan dengan membangun kaukus infiltrasi dalam parlemen untuk memengaruhi proses pembuatan legislasi dan kebijakan di parlemen dan pemerintah.

Kita tak perlu menunggu belas kasih negara yang matihati. Teruslah bekerja dan bergerak seperti kupu-kupu yang tak lelah berjelajah. Satu kepakan kupu-kupu memang tak berdaya. Tapi kepakan jutaan kupu-kupu yang bergerak serempak melahirkan tornado perubahan.

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.