Saudaraku, di balik fenomena keunggulan seseorang, suatu entitas kelompok, dan bangsa terletak ketekunan membiasakan praktik-praktik unggul.
Dalam buku The Habit of Excellence: Why British Army Leadership Works (2021), Letkol Langley Sharp, Kepala The Center for Army Leadership, mengungkap rahasia di balik reputasi hebat tentara Britania Raya.
Kata kuncinya adalah tradisi kepemimpinan yang hebat. Bahwa kepemimpinan adalah darah hidup tentara, daya manusia yang mendorong setiap bagian dari korps ketentaraan bekerja, mulai dari training, pengembangan, hingga medan tempur. Dan tradisi tentara Britania ini terbangun secara kumulatif lebih dari 3 abad, mulai dari kekuatan kecil berjumlah 5000 personel menyusul gelombang Restorasi pada 1660.
Setiap org yang memasuki tentara dan menjadi pemimpin otomatis mengikuti suatu tradisi. Secara sadar atau tidak, mereka dipengaruhi oleh para pemimpin sekitar mereka, yang pada gilirannya dibentuk oleh para pemimpin sebelumnya, menjadi jaringan kontinum yang menghubungkan para pemimpin di era drone dan big data dengan mereka yang beroperasi di era senapan flintlock.
Tradisi merupakan batu pijak bagi tentara, namun bukan jangkar yang tetap. Di sepanjang elemen kontinuitas, terdapat area yang terus mengalami perubahan. Setiap pemimpin baru memberi sentuhan baru sesuai dengan karakter dan perkembangan keadaan.
Sejarah kepemimpinan tentara Britania merefleksikan perkembangan proses profesionalisasi secara lambat, dari mindset tradisional yang memandang kepemimpinan sebagai suatu bakat bawaan yang melekat pada individu dari latar sosial dan pendidikan istimewa, hingga keyakinan modern yang memandang kepemimpinan sebagai sesuatu yang bisa diajarkan, mengikuti prinsip umum, dan menjadi urusan setiap orang dalam tentara.
Sistem regenerasi kepemimpinan unggul seperti itu bisa ditiru oleh parpol dan organisasi lain untuk disesuaikan dengan kekhasan masing-masing.
Kepemimpinan—sebagai kombinasi dari karakter, pengetahuan, dan tindakan yang menginspirasi orang lain untuk bertindak—bukanlah suatu kekecualian heroik. Ia bisa dibudidayakan melalui praktik pembiasaan melakukan apa yg benar, sulit, dan perlu setiap hari untuk membangun dan menjaga tim, dan bekerja sama mencapai tujuan.