Kekerasan, intoleransi, dan perundungan masih menjadi masalah yang serius di kalangan generasi muda. Untuk itu, perlu peningkatan peran pemuda dalam upaya mencegah dan mengatasinya. Inilah yang menjadi tema utama program Sekolah Harmoni Indonesia (SHI) tahun 2022 yang diselenggarakan atas kerja sama Kemenko PMK, FES Indonesia, dan PSIK Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Dr. Femmy Eka Kartika Putri, M.Psi dalam sambutannya pada workshop bertajuk “Peningkatan Kualitas Pemuda: Pemuda yang Berdaya dan Berpartisipasi Aktif di Masyarakat” (30/6/2022) mengukapkan, peningkatan kualitas SDM merupakan prioritas program pemerintah Presiden Joko Widodo.
Ada beberapa strategi yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pemuda. Pertama, penguatan kapasitas kelembagaan, sistem koordinasi strategis lintas pemangku kepentingan, serta pengembangan peran swasta dan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan kepemudaan yang terintegrasi.
Kedua, peningkatan partisipasi aktif sosial dan politik pemuda, di antaranya melalui peran pemuda di forum internasional, pertukaran pemuda, dan keikutsertaan dalam pelestarian lingkungan. Dan ketiga, pencegahan perilaku berisiko pada pemuda, termasuk pencegahan atas bahaya kekerasan, perundungan, penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.
Dalam paparannya, Dr. Hendarman selaku plt Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikbudristek menjelaskan bahwa kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi masih menjadi tiga isu besar yang menghantui pendidikan kita. Untuk mengatasinya, sekolah perlu melakukan program pencegahan, termasuk dengan melibatkan peserta didik sebagai agen perubahan dan guru sebagai fasilitator.
Kita tahu jumlah pemuda di Indonesia sangatlah besar. Namun, jumlah besar yang dikatakan sebagai bonus demografi itu sebenarnya menyimpan banyak persoalan. Menurut data, 30% pemuda usia sekolah (16-24) statusnya tidak sekolah. Sekitar 26,64% pemuda (seperempat dari total pemuda) tidak sedang bersekolah dan tidak masuk ke pasar kerja (pemuda lontang-lantung).
Padahal peran pemuda sangat krusial dalam menentukan maju-mundurnya suatu bangsa. Di tangan merekalah masa depan Indonesia berada. Selain itu, kemajuan teknologi digital dan otomatisasi membuat bonus demografi jutru dapat menjadi bumerang ketika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM. Sebab itu, pemberdayaan pemuda menjadi persoalan mendesak yang perlu menjadi perhatian kita bersama.
Pemuda juga dapat memainkan peran yang sangat penting dalam upaya mencegah dan mengatasi kekerasan, intoleransi, dan perundungan. Ketiga hal tersebut dapat memengaruhi kepercayaan diri, pendidikan, dan kesehatan mental korban.
Namun, penyebabnya bisa sangat kompleks dan sudah mentradisi sehingga upaya-upaya yang dilakukan orangtua, sekolah, maupun pemerintah untuk mengatasinya sering tidak efektif. Di sisi lain, para pemuda yang tentunya paling mengerti dunia mereka sendiri, justru bisa diharapkan perannya sebagai agen perubahan.
Dr. Sri Imawati dalam penelitiannya mengenai tawuran pelajar menjelaskan, anak-anak yang terlibat dengan tawuran lebih mendengar senior mereka daripada para guru dan orangtua. Untuk itu, keterlibatan aktif dan contoh baik dari para alumni dapat memberi dampak yang signifikan dalam penurunan angka tawuran pelajar. Kita tahu, upaya untuk memutus mata rantai kekerasan di kalangan pelajar sangat sulit. Meski tidak lagi sering terdengar di media, kasus tawuran pelajar sebenarnya masih terjadi di wilayah Jabodetabek.
Dikatakan oleh Henry Simarmata, ada beberapa kegiatan yang akan dijalankan dalam program Sekolah Harmoni Indonesia di tahun 2022 ini. Di antaranya lokakarya ilustrasi dan infografis untuk menambah keterampilan para pemuda sebagai agen perubahan. Selain itu, ada podcast, zoominar, kuliah publik, temu lintas-komunitas, dan riset pemetaan.