Ilustrasi: Peta Indonesia dalam lukisan batik

Setelah 71 tahun negeri ini merdeka, kita bagaikan hanyut dalam sebuah plot novel yang tidak mengasyikan. Rasa sedih yang memiuh ketika melihat penderitaan yang terhampar di dalamnya. Sakit hati ketika didedahkan pepesen kosong yang dipertunjukkan dalam plotnya. Aroma memualkan ketika mencium pertengkaran remeh temeh. Perasaan jijik dengan kemunafikan yang tersembunyi di balik topeng tokoh-tokohnya. Plot kehidupan di negeri ini mengingatkan pada satu penggalan cerita dari tokoh “Aku” dalam sebuah novel The Name of Rose, karya Umberto Eco. Ia (Aku) berjalan-jalan ke sebuah biara, ia terpana ketika berada pada sebuah kubah yang lebih mirip sebagai hutan belantara, dengan pelengkung-pelengkung yang menopangnya. Di kubah itu, ia menemukan sebuah potret aneh dan ia bergidik melihatnya.

“Dan aku melihat seorang congkak dengan iblis bergantung pada bahunya dan mencocok cakarnya ke dalam mata orang itu. Sementara itu dua iblis rakus lainnya dengan menjijikan saling berkelahi dengan tangan cabik-cabik, juga makhluk-makhluk lain, berkepala kambing dan berbulu singa, berahang macan tutul, semua tawanan dalam suatu belantara nyala api yang napas panasnya seakan bisa kurasakan” (Eco, 2008: 226). Bagaikan bertutur, gambar itu menginformasikan, ketika manusia berdamai dengan iblis, maka pada saat itulah manusia akan terlempar pada zaman gara-gara. Tragedi lahir; kerusakan terhampar; dan piramida korban pun terbentuk. Indonesia telah melalui fase-fase suram ini. Raden Ngabehi Ranggawarsita mengambarkan situasi ini dengan, “Negara saat ini, telah semangkin merosot. Keadaan negara telah rusak, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi. Sudah banyak meninggalkan tradisi. Orang cerdik cendekiawan terbawa arus jaman. Suasananya mencekam. Sebab dunia penuh dengan kerepotan” (dalam Widyawati R., 2009: 5). Telah melalui, bukan bermakna bahwa Indonesia terbebas dari zaman yang disebut oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita dengan zaman kaladendu ini.

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.