Saudaraku, Kamis malam (02/03/2023) saya mendapat kehormatan diundang Bimasena Society untuk menyaksikan konser piano Ananda Sukarlan, pianis Indonesia kelas dunia.
Saya terpukau dengan daya magis sentuhan jari-jarinya yang melahirkan nada-nada ajaib yang menyentuh kalbu. Yang paling berkesan saat ia memainkan Rapsodia Nusantara no. 8, sebuah aransemen baru atas lagu “O Ina Ni Keke”, lagu tradisional asal Manado.
Pendekatan dan interpretasinya terhadap lagu sangat istimewa, kekayaan dan sentuhan nadanya begitu eksotik dan impresif, daya pukaunya tinggi karena membuat lagu sederhana menjadi terasa berlimpah, indah, dan menggugah; menimbulkan efek rasa cinta dan bangga pada khasanah seni Nusantara.
Tiba-tiba saya teringat ucapan Plato, “Musik memberikan jiwa pada semesta, sayap pada pikiran, penjelajahan pada imajinasi, pesona dan keriangan pada hidup dan segala hal.”
Di tengah ketegangan kebangsaan, harmoni memerlukan penguatan sensitivitas. Manakala ucapan verbal lebih memancing cekcok tafsir dan pertikaian, musik bisa digunakan sebagai sarana sambung rasa. Ucapan nada yang menyentuh perasaan dapat menyatukan aliran-aliran kecil sungai perbedaan, menuju keluasan samudera persamaan.
Musik bisa didayagunakan sebagai medium ekspresif-estetik untuk menyehatkan jiwa bangsa. Menurut riset neuro-science, jenis lirik dan musik tertentu dapat merangsang perkembangan otak, khususnya otak kanan, yang memperkuat daya kreativitas dan afinitas sosial yang memberikan prakondisi mental untuk bisa hidup damai dalam perbedaan dengan penuh kasih.
Bahasa musik lembut, yang sanggup menembus batas ego-mental dengan menyentuh kedalaman hati, bisa digunakan sebagai sarana memperkuat daya-daya spiritualitas untuk mengembangkan relasi kasih dengan Yang Ilahi, insani dan alami.