Kampung Pasir Garut

Sungguh kami tak menyangka akan mendapatkan sambutan yang luar biasa ketika berkunjung ke masyarakat adat Kampung Pasir. Saat itu, kami dari PSIK Indonesia dan para peserta Sekolah Harmoni Indonesia Kabupaten Garut ingin menjalin silaturahmi dengan komunitas adat Sunda Wiwitan di Kampung Pasir. Di sana, segenap warga menyapa kami dengan wajah tulus bersahabat.

Kami dipersilakan duduk di depan balai yang dijadikan tempat pertemuan. Di pintu masuk balai, dua wanita bermain kecapi bersama barisan anak-anak. Suara alunan kecapi membawa kami pada keheningan. Apalagi ketika anak-anak bernyanyi bersama. Semua yang menyaksikan terbawa dalam suasana keharuan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan dialog di dalam balai. Pembicaraan yang terjadi berlangsung dalam suasana yang sangat akrab dan mengalir, penuh suasana gembira. Bahasa Sunda turut mewarnai perbincangan. Kami semua ikut tertawa, bahkan bagi sebagian orang yang tidak mengerti bahasa Sunda sama sekali.

Sunda Wiwitan

Masyarakat adat Kampung Pasir merupakan bagian dari masyarakat adat Sunda Wiwitan yang ada di Cigugur, Kuningan. Secara administratif, kampung ini terletak di Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.

Di kampung adat ini, tercatat ada 84 kepala keluarga atau 324 jiwa. Komunitas adat yang hidup di tengah pemukiman penduduk ini masih memegang teguh nilai-nilai tradisi dan keyakinan Sunda Wiwitan yang mereka terima dari para leluhur. Semangat gotong royong, nilai-nilai penghargaan terhadap alam, serta nilai-nilai tradisi lainnya masih kuat dipegang.

Meski memiliki identitas dan cara hidup khas yang berbeda dari penduduk sekitarnya, warga Kampung Pasir tidak eksklusif. Para warga berbaur dengan warga sekitar. Mereka bahkan kerap dimintai bantuan oleh masyarakat di luar Kampung Pasir. Warga Kampung Pasir memang dikenal dengan semangat tolong-menolong dan gotong royongnya.

Kearifan lokal

Sampai saat ini, masyarakat adat Kampung Pasir masih teguh memegang ajaran turun-temurun. Di antaranya adalah cara-ciri manusia dan cara-ciri bangsa. Pada intinya, kedua nilai itu mengajarkan manusia untuk saling menghargai dan menghormati.

Cara-ciri manusia meliputi sikap welas asih atau sikap saling mengasihi antarmanusia tanpa membeda-bedakan; tata krama atau saling menghargai dan menghormati antarmanusia; undak usuk atau sikap sopan santun kepada sesama manusia; budi daya-budi basa, yakni menjaga perilaku dan ucapan; wiwaha yuda naraga, yaitu selalu mempertimbangkan dulu sebelum sebuah tindakan dilakukan.

Sementara cara-ciri bangsa berkaitan kekhasan masing-masing bangsa. Di dalamnya meliputi rupa (bentuk atau wajah), basa (bahasa), adat (kebiasaan), aksara, dan budaya.

Kedua dimensi di atas diupayakan sebaik-baiknya sehingga kehidupan bersama dapat selaras dan harmonis.

Bertahan

Namun, di tengah arus modernisasi saat ini, tidak mudah bagi komunitas adat Sunda Wiwitan ini bertahan dengan cara hidup tradisional mereka beserta segala aspeknya. Juga posisi mereka yang dianggap sebagai “minoritas” membuat upaya ini semakin tidak mudah.

Warga Kampung Pasir sangat menyadari hal ini. Mereka melakukan apa yang mereka bisa, di antaranya dengan membangun semangat gotong royong dan solidaritas. Seberapa pun beratnya tantangan yang dihadapi, dengan kuatnya kebersamaan, semuanya akan menjadi lebih ringan

Untuk itu mereka melakukan beberapa upaya. Ke dalam, mereka meneguhkan keyakinan mereka, dan berusaha untuk terus mewariskannya kepada anak cucu mereka. Namun, proses pewarisan ini dilakukan tanpa paksaan. Menjadi pilihan generasi berikutnya apakah mereka mau terus melestarikan tradisi ini atau tidak.

Ke luar, mereka menampilkan diri sebagai masyarakat yang inklusif. Mereka membangun dialog dan kerja sama dengan komunitas-komunitas lain. Ini meneguhkan bahwa komunitas Sunda Wiwitan merupakan bagian dari negara Indonesia yang memiliki kewajiban dan hak yang sama seperti kelompok-kelompok lain.

Selain ajaran leluhur, mereka juga berusaha untuk melestarikan kesenian tradisional. Bagi masyarakat Sunda Wiwitan, seni bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Warga Kampung Pasir mengungkapkan mereka membangun secara gotong royong sebuah balai. Di sinilah mereka mengajarkan berbagai aspek kesundaan kepada generasi penerus. Balai ini juga menjadi ruang bersama untuk membicarakan berbagai persoalan masyarakat, bukan hanya bagi masyarakat adat Kampung Pasir, tapi juga bagi masyarakat sekitarnya.

Sekolah Harmoni Indonesia - Garut

Sekolah Harmoni Indonesia

Kunjungan kami ke komunitas adat Sunda Wiwitan di Kampung Pasir merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Sekolah Harmoni Indonesia (SHI) di Kabupaten Garut pada 11-13 Juli 2017 lalu. Program yang dilaksanakan atas kerja sama PSIK-Indonesia dan FES Indonesia ini bertujuan untuk membangun sikap saling pengertian dan toleransi dalam masyarakat yang beragam di kalangan generasi muda, khususnya para mahasiswa/i.

SHI di Garut merupakan kali kedua dari lima acara yang dijadwalkan di tahun ini. SHI berikutnya diadakan di Serang, Cirebon, dan Lebak.

Sumber: 1001indonesia.net

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.