Yudi Latif

Baru saja terbangun, tamu tahun baru sudah menjemput mengetuk pintu.

“Sudah siap?” tanyanya.
“Ya,” jawabku.
“Bekal apa yang kau siapkan sepanjang tahun untuk mengarungi dunia baru?”
“Tidur panjang,” sahutku.

Sebenarnya hati kecilku merasa malu. Waktu yang begitu berharga cuma kurayakan dengan prestasi tidur. Namun, seketika kuingat nasihat Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin yang senada dengan petuah Dalai Lama.

“Jadilah orang baik dan bermanfaat. Jika tak bisa, setidaknya tak berbuat jahat dan menyengsarakan orang lain.”

Jadilah manusia produktif. Jika tak bisa, tidur lebih baik daripada terjaga hanya untuk merusak diri dan lingkungan kehidupan.

Memang mengecewakan, plan A yang telah dirancang matang tahun silam tak berjalan karena disrupsi pandemi. Namun, bukankah masih terbentang skenario lain, sepanjang sisa huruf alfabet dari B hingga Z.

Demikianlah, seorang optimis terjaga hingga tengah malam untuk menyaksikan tahun baru datang, sedang seorang pesimis terjaga untuk mengiringi tahun lama pergi.

Tak perlu terlalu kecewa dengan kehilangan. Pada dahan yang patah akan tumbuh tunas baru. Seperti kata T.S. Eliot. “Kata-kata tahun lalu milik bahasa tahun lalu sedang kata-kata tahun depan menunggu suara yang lain. Dan mengakhiri sesuatu juga berarti menandai suatu permulaan.”

SHARE
Artikel SebelumnyaNatal Cinta
Artikel SelanjutnyaSolidaritas di Masa Pandemi

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.